TIMBULNYA
AMARAH DAN RASA KESAL lebih banyak disebabkan oleh faktor di luar
kemauan kita. Para psikolog menganjurkan hendaknya kita jangan sampai
diperbudak oleh amarah atau rasa kesal. Banyak cara untuk
menghindarinya. Saat terjebak oleh kemacetan misalnya, kita bisa
mengantisipasi dengan berangkat lebih awal. Begitu pula saat pulang,
kita bisa memilih di luar jam-jam padat. Dengan begitu, sesampai di
rumah kita tidak perlu kehilangan selera humor dan tampil dengan sikap
bermusuhan yang bisa berakibat buruk pada kesehatan, dari naiknya
tekanan darah, tingginya kadar kolesterol, depresi sampai masalah
jantung.
HUBUNGAN ANTARAMARAH, JANTUNG, DAN KOLESTEROL
Sebenarnya
hidup ini sangat sederhana. Tetapi,gaya hidup yang membuat kita menjadi
sulit. Kolesterol telah menjadi sebuah kata yang terus mendengung di
telinga dan menghantui benak kita. Mau makan enak pun bisa membuat kita
merasa bersalah, jangan-jangan angka kolesterol akan naik. Begitu juga
dengan marah-marah, tak luput dari ancaman kolesterol. Dalam studi yang
dilakukan terhadap 103 orang dewasa sehat yang berusia 25-40 tahun,
ditemukan bahwa ledaKan amarah bisa berakibat pada menurunnya kadar HDL
(High Density Lipoprotein) dan meningkatkan kadar LDL (Low Density
Lipoprotein) pada tubuh.Di dalam tubuh, kolesterol berkeliaran melalui
aliran darah dengan menumpang molekul-molekul kooperatif yang disebut
lipoprotein. LDL (Low Density Lipoprotein) memberi tumpangan kepada
kolesterol dan bertanggung jawab atas pembentukan kerak pada dinding
arteri. HDL (High Density Lipoprotein) berbuat sebaliknya, ia menangkap
kolesterol dan mengeluarkannya dari tubuh. Oleh karena itu, semakin
banyak HDL yang dimiliki tubuh, dipastikan kondisi tubuh semakin sehat.
Masalahnya, bagi orang yang memiliki tipe pemarah, kadar HDL (High
Density Lipoprotein) yang baik tadi menurun drastis, sebaliknya kadar
LDL (Low Density Lipoprotein) justru meningkat tajam Lalu apa hubungan
rasa marah dengan menurunnya kadar HDL dalam darah? Aron Wolfe Siegman
dari University of Maryland di Baltimore melakukan penelitian ini.
Hasilnya ia menemukan bahwa rasa amarah telah memicu reaksi
hormon-hormon tubuh seperti adrenalin secara berlebihan. Reaksi inilah
yang meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dalam darah.
KAITAN KOLESTEROL DENGAN JANTUNG
Pada
tahun 1940-an, para peneliti memantau kesehatan orang-orang di
Framingham, Massachusetts. Mereka terus memantau Pengaruh Makanan
terhadap kesehatan dan setiap makanan yang dikonsumsi para relawan.
Salah satu faktor yang paling menarik perhatian mereka adalah kolesterol
Mereka menemukan, di saat kadar kolesterol darah bertambah, resiko
untuk menderita penyakit jantung meningkat. Dan kasus ini paling banyak
terjadi pada kaum laki-Iaki.Sesungguhnya, kolesterol adalah bahan
sejenis lilin yang diproduksi secara alami oleh liver (hati). Bahan ini
terdapat pada setiap sel tubuh dan diperlukan oleh manusia yang masih
hidup. Bahan ini bisa juga masuk melalui makanan, terutama produk-produk
hewani. Ketika kemudian kolesterol bergabung dengan lemak jenuh
(saturated fat) yang kita makan,persekutuan ini dapat mendatangkan
masalah yang tidak tanggung-tanggung. Gabungan kolesterol dan lemak ini
berkeliaran melalui sistem peredaran darah dan berulang kali berbenturan
dengan dinding-dinding arteri.
Parahnya
sebagian dari bahan gabungan ini menempel kuat pada dinding arteri,
memper¬sempit dan menyumbat aliran darah ke jantung. Dalam kondisi
paling buruk sebagaimana dijelaskan Mark Giuliucci dan Doug Dollemore,
proses mengerikan tadi disebut aterosklerosis yang dapat menyebabkan
angina pektoris (nyeri dada) dan serangan jantung.Diet yang salah dapat
membuat rasa kesal dan penampilan kuyu. Demikian kata para peneliti di
State University of New York, di Stony Brook dan Oregon Health Sciences
University di Portland. Setelah mempelajari 156 perempuan dan 149
laki-Iaki selama lima tahun, mereka menyimpulkan bahwa orang-orang yang
biasa mengonsumsi makanan kaya lemak, lebih mudah marah dibanding mereka
yang menganut pola makan sehat yang miskin lemak. Orang dengan pola
makan sehat menunjukkan sifat tidak mudah marah dan berpeluang kecil
untuk mengalami depresi. Para peneliti percaya,semakin sedikit kandungan
lemak dalam makanan, semakin baik suasana hati kita .
0 komentar:
Posting Komentar